Isu panas tentang rencana implementasi Kurikulum 2013 pada tahun ajaran mendatang (Juli 2013) terus berhembus. Berbagai media baik cetak maupun elektronik tak henti-hentinya memberitakan hal ini.
Silang pendapat pun tak terelakkan. Ada yang mendukung implementasi Kurikulum 2013 dan ada yang bernada tidak setuju, perlu dikaji ulang, dan lain-lain.
Namun Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof Mohammad Nuh DEA, tetap berkukuh akan mengimplementasikannya, apalagi setelah mendapat lampu hijau dari Presiden SBY seperti yang diberitakan koran ini.
Satu hal yang tidak luput dari perbincangan terkait Kurikulum 2013 ini adalah penintegrasian mapel IPA, IPS, dan Bahasa Indosesia.
Sekjen Asosiasi Pengajar Bahasa Indonesia dari UPI, Dadang S Anshori menyatakan bahwa sulit menganalogikan penggabungan mata pelajaran dalam Kurikulum 2013. Hal yang krusial adalah dalam penggabungan mata pelajaran IPA, IPS, dan Bahasa Indonesia di SD dengan judul mapel Bahasa Indonesia.
Para ahli IPA dan IPS pantas marah, karena IPA dan IPS bukan bagian dari Bahasa Indonesia. Akar ketiga ilmu tersebut berbeda, baik secara epistemologi, ontologi, dan aksiologi. Namun di lain pihak, ada juga yang berpandangan positif terhadap pengintegrasian ini.
Seperti yang disampaikan Anwar Mas, pada kurikulum baru ini posisi Bahasa Indonesia sifatnya sentralistik, Bahasa Indonesia menjadi pusat integrasi dari mata pelajaran IPA dan IPS di sekolah dasar.
Posisi sterategis ini, menjadikan bahasa Indonesia memiliki gaung yang besar. Hal ini tentu akan memicu semakin meningkatnya jiwa nasionalisme para kaum pelajar bangsa, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada pada wilayah praksisnya di kemudian hari.
Terkait pro dan kontra terhadap rencana implementasi Kurikulum 2013 tersebut, jika kita lihat dari sudut pandang keilmuan, memang akan sulit mengintegrasikan IPA dan IPS ke dalam Bahasa Indonesia. Sebab, banyak materi-materi baik IPA maupun IPS yang akan terseduksi.
Dalam hal ini, tentu sudah ada metode pembelajaran dan formula yang mumpuni untuk menghindari ketereduksian materi IPA dan IPS tanpa harus mengurangi forsi pelajaran Bahasa Indonesia.
Sebagai guru dan praktisi pendidikan, mari kita sama-sama menunggu Kurikum 2013 ini, dan jangan cepat-cepat mencelahnya.
Bila kita lihat dari kondisi kekinian jiwa nasionalisme seluruh elemen bangsa, hal ini diharapkan dapat membantu untuk mengembalikan kepercayaan rakyat —terutama para pelajar melalui materi-materi pembelajaran— yang selama ini telah tercabik-cabik.
Bila ingin kita cermati bagaimana posisi mapel Bahasa Indonesia setelah diasupi oleh IPA dan IPS nanti, sebenarnya ada kelebihan dan kekurangan bagi mapel Bahasa Indonesia itu sendiri. Sebagai kelebihan mapel Bahasa Indonesia diintegrasikan dengan IPA dan IPS, pertama, bak pepatah sekali mendayung dua-tiga pulau terlampaui atau pepatah lain mengatakan sambil menyelam minum air.
Maksudnya, ketika guru menyampaikan pelajaran Bahasa Indonesia, yang tersampaikan saat itu tidak hanya materi Bahasa Indonesia, tetapi juga ada IPA dan IPS di dalamnya. Hal ini mungkin dapat dilihat pada teks-teks wacana yang biasa digunakan dalam pelajaran Bahasa Indonesia.
Teks-teks yang dimaksud, dalam rangka penintegrasiannya, tentu harus mencari teks-teks yang memuat mapel yang akan diintegrasikan.
Kedua, banyak komentar terkait Kurikulum 2013 ini tentang keresahan akan dikemanakan guru-guru mapel IPA dan IPS, dan apa lagi tugas mereka? Justru pengintegrasian ini sebenarnya memberikan kesempatan kepada guru untuk berkolaborasi dalam menyampaikan materi pembelaran.
Menurut Setyo Haryono pada seminar nasional Lesson Study, 17 Juli 2010, yang membahas kolaborasi antara guru Biologi, TIK, dan Bahasa Indonesia, ada beberapa manfaat kolaborasi.
Manfaat tersebut adalah efisiensi waktu pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan beberapa penilaian dalam satu kegiatan, meningkatkan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa, menumbuhkan semangat kerja sama yang positif dalam MGMP sekolah, serta meningkatkan motivasi belajar siswa dengan kegiatan yang menarik.
Dalam hal ini, guru Bahasa Indonesia dapat secara bersama-sama dengan guru IPA dan/atau guru IPS masuk ke satu kelas. Manfaat yang lebih konkret adalah guru akan lebih mudah menguasai kelasnya.
Selama ini mungkin guru kesulitan dalam menguasai kelas akibat banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas.
Di sekolah-sekolah besar jumlah murid dalam satu kelas bisa mencapai 40 orang bahkan lebih. Hal ini tentu sangat tidak efektif, karena sangat sulit bagi seorang guru untuk memperhatikan siswa sebanyak itu.
Ketiga, secara ekonomi implementasi Kurikulum 2013 sangat menguntungkan. Untuk buku pelajaran, pemerintah akan menyediakan dan mendistribusikannya secara langsung ke sekolah-sekolah. Artinya, orangtua tidak akan dipusingkan lagi oleh dana pembelian buku pelajaran anaknya.
Selain itu buku ini juga dapat digunakan oleh adik kelasnya, karena akan memakai buku yang sama pada tahun berikutnya. Saat ini, kita ketahui bahwa tidak ada aturan yang jelas buku mana yang akan dijadikan guru sebagai pegangan.
Artinya, kelas satu tahun ini buku yang digunakan bisa berbeda dengan kelas satu tahun lalu, sehingga orangtua jika punya dua anak yang umurnya hampir berdekatan (misalnya yang satu kelas 3 dan yang satu lagi kelas 2) akan mengeluarkan uang pembelian buku setiap tahun untuk mata pelajaran yang sama.
Keempat, Bahasa Indonesia akan dapat memperkuat jati diri anak bangsa. Dengan implementasian Kurikulum 2013 ini, Bahasa Indonesia sangat dihargai dengan banyaknya alokasi waktu yang diberikan.
Untuk kelas I dan kelas II SD, mapel Bahasa Indonesia 8 jam seminggu, untuk kelas III sampai kelas VI 10 jam seminggu. Dengan demikian, posisi mapel Bahasa Indonesia akan menjadi sentral bagi mapel lainnya.
Namun demikian, pengintegrasian ini tentu juga memiliki sisi lemah terhadap mapel Bahasa Indonesia. Pertama, pembelajaran Bahasa Indonesia secara teoritis akan lebih sedikit, dan mungkin akan lebih banyak pada tahap lanjutan (SMP dan SMA). Ibaratkan sebuah truk, selama ini satu truk hanya berisikan Bahasa Indonesia.
Dengan pengintegrasian ini, dalam satu truk itu tidak lagi hanya ada Bahasa Indonesia, namun sudah ada makhluk lain yaitu IPA dan IPS. Kedua, rencana pengimplementasian Kurikulum 2013, tidak bisa dipungkiri telah menciptakan kerisauan bagi sebagian besar guru.
Mungkin ada yang berseloroh, KBK belum dikenali dengan baik, datang KTSP, KTSP pun masing membingungkan ganti lagi dengan Kurikulum 2013.
Sebagai penutup, karena implementasi Kurikulum 2013 ini sepertinya akan diberlakukan mulai 15 Juli 2013 nanti, sebagai guru mari kita bersikap positif menyambutnya. Ini merupakan terobosan besar yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh, dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan yang sudah sangat parah.
Sebagai pengambil keputusan, janganlah hal ini hanya dipandang sebagai sebuah mega proyek untuk yang akan menghabiskan anggaran 2,4 triliunan. Sudahlah kasus Wisma Atlet dan Hambalang yang banyak merenggut uang rakyat. Semoga ini merupakan niat tulus bersama untuk membangun kembali citra pendidikan Indonesia di mata dunia. Semoga.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar