Budaya



  • Budaya malu bagi seorang guru


    Saatnya mendiskusikan budaya malu sebagai guru dan sebagai profesional. Menghilangkan budaya malu yang bukan pada tempatnya akan membuat seorang guru semakin profesional dalam bersikap. Sebaliknya menumbuhkan budaya malu dalam hal  yang menghambat produktivitas akan membuat guru jadi contoh untuk muridnya.
    Budaya malu yang mana yang mesti dihilangkan dan budaya malu yang mana yang mesti ditumbuhkan, ini jawabannya;
    Budaya malu yang mesti dihilangkan dari seorang guru
    • Hilangkan budaya malu bertanya dan memberi ide saat rapat
    • Hilangkan budaya malu untuk mempertanyakan dengan cara yang baik mengenai kebijakan sekolah yang guru merasa kurang tepat
    • Hilangkan budaya malu belajar pada yang lebih muda, dari guru yunior atau bahkan dari siswa sendiri
    • Hilangkan budaya malu ketika meminta maaf kepada murid
     budaya malu yang mesti ditumbuhkan dari seorang guru
    • malu menunjuk seseorang yang punya ide saat rapat sebagai satu nya pelaksana dari ide yang ia berikan Biasa disebut ‘usul-mikul’ atau ‘jarkoni’ (sing ujar, sing nglakoni)
    • malu terlambat datang ke sekolah, saat rapat dan saat ‘dead line’ pengumpulan administrasi
    • malu berbicara ‘di belakang’, bergosip saat ada kebijakan sekolah atau pimpinan yang tidak pas di hati
    • malu mengajar asal-asalan di kelas
    • malu mengajar tanpa persiapan
    • malu bicara pada orang tua siswa tanpa data atau bukti yang cukup mengenai keluhan kita pada anaknya
    • malu kerja sendirian  sebagai komunitas di sebuah sekolah
    • malu membicarakan orang tua siswa sebagai gunjingan antar sesama guru
    • malu berharap  diberikan sesuatu oleh orang tua murid saat hari raya
    • malu kelas dan sekolahnya kotor, sampah di mana-mana
    • malu menyalahkan siswa sebagai biang ribut di kelas tanpa mawas diri, seberapa menariknya cara mengajar kita
    • malu berpakaian gak ‘matching’ saat datang ke sekolah
    • malu mengobrol sesama rekan guru topik nya cuma seputar status kepegawaian dan sertifikasi
    • malu memberi label atau sebutan pada siswa seenaknya tanpa memikirkan perasaan siswa tsb
    • malu menggunakan LKS yang tidak jelas juntrungannya apalagi sampai kongkalikong dengan penerbit
    • malu memakai sosial media cuma untuk keperluan berteman tanpa menjadikannya sebagai sarana belajar kembali
    • malu jika muridnya berkata  kotor di sosial media
    • malu terpancing dan ikutan marah pada orang tua siswa yang marah pada kita
    • malu sengaja’ menggunakan sendal di sekolah
    • malu bicara di’belakang’ ketika sedang ada urusan yang belum terselesaikan.”
    • malu mengeluh di event  kumpul sesama guru mengenai kondisi sekolah dan muridnya tanpa bilang usaha yang telah dilakukan
    • malu tidak masuk mengajar tanpa memberikan ‘cover lesson’ pada guru lain untuk murid kita
    • Perlu budaya malu jika siswa dilarang aktifkan ponsel, tp guru asik ketak-ketik ponselnya di depan kelas
    • malu jadikan ruang guru ajang debat kusir membicarakan kondisi politik atau sejenisnya
    • malu jika menjadi guru yang dikejar hanya status PNS nya saja, setelah dapat terus santai
    • malu memberi sebutan pada siswa seenaknya tanpa memikirkan perasaan siswa

    Sepuluh (10) Budaya Malu Siswa
    1. Malu tidak belajar
    2. Malu tidak mengerjakan PR
    3. Malu membolos sekolah
    4. Malu berbohong dan berdusta
    5. Malu meminjam alat tulis teman
    6. Malu terlambat sekolah
    7. Malu tidak piket kelas
    8. Malu menyontek
    9. Malu bercanda dan berkelahi
    10. Malu membuang sampah sembarangan
    Karena budaya malu itu di sekolah, maka konteksnya ya untuk para siswa, terutama menyangkut kegiatan belajar. Bisa dimaklumi jika tidak tertera ‘Malu melakukan korupsi’, karena siswa jarang yang pegang jabatan dan proyek. Korupsi yang biasa dilakukan oleh para siswa adalah menyontek, dan itu sudah diakomodir dalam ‘peringatan’ itu.
    Sepertinya boleh juga tulisan semacam itu ditempelkan di instansi-instansi pemerintah atau swasta, terutama yang tugasnya berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat. Tapi bisa juga sih untuk perkantoran swasta sejenis kantor kami. Hanya saja isinya perlu sedikit dimodifikasi, disesuaikan dengan konteknya. Misalnya:

    Sepuluh (10) Budaya Malu Karyawan
    1. Malu tidak bekerja (ngobrol sana-sini gak jelas, kecuali memang sedang tak ada kerjaan)
    2. Malu jika ngasih PR kepada bawahan (kerjaan baiknya sih jangan sampai dibawa pulang)
    3. Malu bolos kerja
    4. Malu berbohong dan berdusta
    5. Malu meminjam ‘tenaga’ teman (lempar tanggung jawab)
    6. Malu terlambat bekerja, terutama sedang ada kerjaan.
    7. Malu tidak piket sebagai floor warden dalam ‘tanggap darurat’
    8. Malu menyontek, terutama saat mengisi test dan simulasi e-learning
    9. Malu berbuat mo-limo
    10. Malu membuang sampah sembarangan

    Sepuluh (10) Budaya Malu Abdi Masyarakat
    1. Malu melanggar sumpah jabatan
    2. Malu menunda dan mempersulit pekerjaan, apalagi kok hanya gara-gara permintaan suap yang tidak terpenuhi.
    3. Malu bolos kerja atau keluyuran ke tempat yang tidak semestinya (mal, tempat hiburan, dan semacamnya)
    4. Malu berbohong dan berdusta
    5. Malu memimpong rakyat yang harusnya segera dilayani
    6. Malu terlambat bekerja, apalagi antrian sudah panjang.
    7. Malu tidak piket/shif yang sudah dijadwalkan, maunya cuma nitip absen saja.
    8. Malu menyontek tanda tangan atasan untuk kepentingan pribadi
    9. Malu berbuat mo-limo
    10. Malu membuang sampah sembarangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar